Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Yang jauh terasa dekat, yang dekat terasa jauh, hal ini sebabkan oleh sebuah benda pipih kecil dan ringan smartphone namanya. Benda yang kerap kali lebih berharga bahkan dari Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Smartphone sangat penting di kalangan masyarakat, bahkan ia mampu mengoncangkan dunia. Pemuda terlebihnya jika kita lihat kebelakang pada era kemerdekaan dimana semua tokoh ternama negeri ini mengelu-elukan sosok seorang pemuda. Bahkan jika kita kaji dari sisi sejarahnya Soekarno pernah berkata “Berikan aku sepuluh pemuda maka akan aku goncangkan dunia”. Maka sontak terbakarlah semangat juang pemuda Indonesia untuk membela rakyat dan kemerdekaan Indonesia.
Tetapi pada abad ini di mana ketika kemerdekaan yang dulu sudah diperjuangkan oleh pemuda- pemuda dengan sepenuh hati,dinodai oleh pemuda- pemuda setengah smarthpone.
Bahkan jika ada yang berkata pada abad ini beri aku sepuluh pemuda maka akan aku goncangkan dunia. Iya hal itu bisa saja terjadi dunia games mobil lengend, sebuah game perang yang kerap kali berada di smartphone-nya pemuda abad ini atau pemuda zaman now yang akhirnya berdampak pada SDM pemuda Indonesia, serta lunturnya jiwa saling menghargai dan mencintai sesama warga atau pemuda Indonesia untuk mempertahankan Indonesia dari adanya kelompok ekstrimis dan lainnya.
Kemarin jika kita kenang era dimana Indonesia terpuruk karena penjajahan dan bertekad bangkit pemudanya berkumpul dan membahas strategi-strategi untuk kemerdekaan Indonesia, mungkin pada saat ini pemuda Indonesia serasa sudah cukup tenang sebab kemerdekaan Indonesia sudah diakui PBB dan negara lain tetapi mereka lupa bahwa sebenarnya pemuda Indonesia sedang dijajah oleh teknologi termasuk smartphone yang sekarang sedang mereka bangga - banggakan serta dengan adanya fitur-fitur terbaru yang akan mmbuat mereka menjadi manusia smartphone seutuhnya.
Dampak dari menjadi pemuda setengah smartphone ini akan sangat besar untuk sosialisasi pemuda dan cara fikirnya, dahulu pada era 80 an jika menaiki angkutan umum maka semua yang ada di dalam angkutan tersebut akan saling mengenal,walau hanya sebuah nama saja, tetapi hal tersebut yang mampu menambah kemistri antara pemuda yang satu dengan yang lainnya,maka hal tersebutlah yang menciptakan toleransi yang kental di kalangan pemuda pada masa itu.
Hal tersebut sangat berbanding terbalik dengan kehidupan pemuda zaman sekarang, jangankan untuk menambah kemistri antara pemuda satu dengan yang lainnya, untuk mengenakan nama saja sepertinya sangat sulit jika dilakukan oleh pemuda zaman now, sebab itulah pemuda indonesia yang sudah menjadi manusia setengah smartphone menjadi miskin sosialisasinya,sehingga lunturlah nilai toleransi di dalam dirinya. Sungguh itu adalah bentuk penjajahan pada masa sekarang,saat dimana pemuda Indonesia dapat berdebat dengan sangat sengit dengan pemuda lainnya.
Hal tersebut karena kurangnya jaringan berkomunikasi dan bersosialisasi sebab sudah menjadi pemuda setengah smartphone, pemuda yang sangat cemas dan resah jika smartphonenya tinggal, dan merasa tak bersalah jika berdampingan dengan pemuda lain tetapi tak saling sapa. Fenomena tersebut sering sekali kita jumpai di tempat umum,seperti bandara, stasiun dan lainnya. Maka itu adalah sebuah penjajahan dengan teknologi,jika kita selaku pemuda tidak bijak menggunakannya,jangan jadi pemuda setengah smartphone yang jika kumpul tak saling sapa,tak cipta kemistri dan tak pernah berdiskusi perihal Indonesia di masa yang akan datang.
Bijaklah dalam berkomunikasi,bersosialisasi dan menggunakan ternologi agar kita menjadi sebuah pribadi yang terpuji sesuai dengan sumpah pemuda yang selalu kita banggakan,bangkitlah pemuda Indonesia jangan engkau menjadi budak dari smartphone,bahkan untuk kepentingan umum dan kemaslahatan umat kau tinggalkan. Jadilah pemuda yang mencintai sesama saling rangkul demi Indonesia yang sejahtera. Percayalah jika generasimu berhasil maka generasi selanjutnya akan mengikuti. (rizkina hayati tambunan)