Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Pecel, salah satu menu Indonesia yang merakyat. Tak sulit mencari makanan yang populer di wilayah Jawa Tengah (termasuk Yogyakarta) di Provinsi Sumatera Utara ini.
Seperti di Jalan Pasar 7 Samping Stasion Kereta Api, Simpang Jodoh Tembung. Pecel yang disajikan menggunakan daun pepaya. Kini, pecel daun pepaya justeru dicari pelanggan. Meski terasa pahit, tanpa daun pepaya pelanggan bisa membatalkan pesanan pecel Dewi (21). Ia salah satu mahasiswi UMSU Medan penjual pecel.
Pecel dikenal sebagai menu asal Ponorogo, Jawa Timur. Kemudian mulai dikenal di luar Ponorogo karena dibawa oleh Warok Ponorogo pada zaman Hindia Belanda yang merantau di berbagai wilayah di Indonesia, terutama di Jawa Timur. Sehingga terdapat tekstur pecel yang baru seperti Pical di Sumatera.
Pecel adalah kumpulan beberapa sayuran yang sebelumnya sudah direbus seperti daun ubi, daun pepaya, genjer, kangkung, kacang panjang, tauge yang kemudian disiram bumbu kacang tanah.
Semua bahan ini baru diolah saat dipesan. Untuk bumbu pecal misalnya, bumbunya adalah bawang putih, cabai rawit yang digiling halus dengan cobek batu. Selanjutnya diberi kacang tanah goreng yang juga digiling kasar. Saat gilingan sudah pas, bumbu disiram air hangat.
Sayur pun dimasukkan, dicampur dengan bumbu, barulah disajikan. Salah satu yang membuat orang begitu meminati pecalnya Dewi adalah kehadiran daun pepaya. Meski pahitnya terasa, tapi banyak orang suka. “Kadang ketika daun pepaya habis ada pelanggan jadinya gak mau beli, ia pesan besok hari,” papar Dewi kepada medanbisnisdaily.com, Selasa (22/8/2017).
Untuk mengurangi sedikit rasa pahit, daun pepaya direbus dengan tambahan daun jambu dan diberi asam potong. Sementara untuk mempertahankan warna khas yang hijau muda, diberikan sedikit minyak goreng saat perebusan. “Warna yang hijau tidak nampak kekuningan membuat orang tambah selera,” ujarnya mengatakan sebungkus pecar seharga Rp 12.000.