Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
RUMAH adalah segalanya saat ini. Memiliki rumah tentu menjadi idaman setiap orang. Apalagi di masa pandemi ini, tema "belajar dari rumah" dan "bekerja dari rumah" seakan menegaskan bahwa belajar dan bekerja yang maksimal itu harus dari rumah yang nyaman. Definisi nyaman tak selalu identik dengan mewah. Nyaman itu sangat personal. Personal sekali. Ada orang yang bahagia dengan rumah kecil. Sebaliknya, ada orang yang tertekan di rumah besar. Jadi, kenyamanan itu sangat personal.
"Di perumahan ini, saya bisa menghirup udara segar," tutur Rico Pasaribu, pagi itu, yang sudah memiliki rumah kredit di Tanjung Anom, tepatnya di Griya Permata. Ia seseharinya bekerja sebagai karyawan swasta sekaligus ojek online. Namun, baginya, rumah sederhana itu sudah sangat cukup baginya. Rumah itu sudah membuatnya begitu berarti.
"Karyawan. Sesekali narik agar bisa bayar cicilan," katanya ketika ditanya tentang pekerjaannya. Ya, ya, ya, rumahnya berukuran 36. Sangat minimalis. Namun, ia membuat taman kecil di samping rumahnya supaya terlihat hijau dan segar. Ia juga membuat kolam kecil. Batu-batu kerikil ia buat di halaman depan. Ayunan tempat bersantai sudah ia rencanakan. "Setiap pagi, melihat taman ini, semangatku selalu timbul," tegasnya untuk membuktikan, kenyamanan bukan soal kebesaran.
Kata Rico, ia membeli rumah karena temannya. Untuk meyakinkan diri, ia pun mencarinya dari aplikasi SiKasep (Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan). Namun, untuk lebih pasti, ia kemudian turun ke lapangan bersama temannya itu. "Hasilnya, saya nyaman tinggal di perumahan subsidi ini. Jauh dari banjir dan polisi," kata Rico.
Agustina juga melakukan hal yang sama. Nama lengkapnya Arlis Agustina Simanjuntak. Ia baru saja mencari rumah. "Masih hampir deal. Tetapi, saya pasti akan segera membelinya," ujar Agustina.
Menurut Agustina, ia juga tetap mencari rumah melalui aplikasi. "Apalagi di masa Covid ini, bagus juga," sebutnya. Namun, Agustina tetap turun ke lokasi juga untuk melihat rumah. "Bukan tak percaya. Tapi, kadang, kalau masih bisa, nikmat loh melihat sendiri rumah itu yang mau kita beli," jawab Agustina. Agustina tak menampik, membeli rumah melalui aplikasi sangat membantu.
"Apalagi di SiKasep ada banyak fiturnya juga. Kita bisa memilih dengan bank apa kita akan melakukan KPR. Kita juga bisa mengecek status pengajuan KPR kita," sambung Agustina. Namun, memang, kata Agustina, untuk urusan KPR, karena masih bisa langsung melalui marketing perumahan, ia akhirnya memilih secara langsung tanpa aplikasi. "SiKasep sangat simpel sebenarnya. Benar-benar milenial," jelas Agustina.
Saya penasaran sekali. Saya memang sudah punya rumah kredit dan berencana akan mengoverkreditkannya karena saya sudah di tempat yang baru. Dan, ternyata benar, SiKasep memang cukup membantu. Di tempat saya, Humbang Hasundutan, saja ada perumahan terdaftar yang bisa dilihat melalui aplikasi ini. Padahal, Humbang sudah termasuk daerah pelosok di Sumatera Utara. Artinya, jangkauan aplikasi bikinan pemerintah ini bisa sebagai alternatif.
Sebagai informasi, aplikasi "SiKasep" adalah aplikasi yang diluncurkan Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PPDPP PUPR). Aplikasi ini dibuat karena menurut PPDPP PUPR, proses bisnis penyaluran rumah subsidi pada bantuan pembiayaan perumahan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) mestinya tetap dapat dilakukan kendati masyarakat harus berada di rumah. SiKasep adalah alternatif memilih rumah yang nyaman tanpa harus keluar rumah, begitu singkatnya.
Aplikasi ini menjadi jawaban tersendiri atas penerapan PSBB di masa covid ini, tentu saja. Dengan aplikasi ini, masyarakat dapat dengan mudah mencari rumah subisidi, memilih bank pelaksana penyalur subisidi, dan mengajukan prosesnya ke pemerintah hanya dengan menggunakan smartphone kapan pun dan di rumahnya, tanpa harus ke luar rumah. Dengan aplikasi ini, seperti Rico Pasaribu dan Agustina di atas, meski belum 100% asli menggunakan aplikasi, masyarakat bisa menjelajah rumah subsidi yang tersebar di Indonesia, tinggal menentukan sesuai dengan domisilinya saat ini.
BACA ARTIKEL LAINNYA: Menjadi Indonesia Mencintai Produk Indonesia
Aplikasi ini masih belia, baru diluncurkan pemerintah pada Desember tahun 2019 dan mulai berlaku pada Januari 2020. Namun, berdasarkan data management control PPDPP, hingga 4 April 2020 terdapat 8.782 lokasi perumahan dari 5.987 pengembang yang berasal dari 19 asosiasi perumahan tercantum pada aplikasi SiKasep. Pada waktu yang sama, PPDPP juga mencatat saat ini masyarakat yang telah menggunakan aplikasi SiKasep mencapai 170.782 pengguna.
Rinciannya, sebagai calon debitur, yang di antaranya sejumlah 55.702 pengguna dinyatakan lolos subsidi checking dan 54.266 pengguna sedang dalam tahap verifikasi oleh bank pelaksana. Bahkan, konon, data tersebut tiap harinya terus bertambah seiring dengan tingginya antusiasme terhadap masyarakat dalam mencari rumah. Pasalnya, sekali lagi, rumah adalah kebutuhan pokok.
Di rumah, manusia selalu beristirahat dengan bebas karena rumah identik dengan kenyamanan. Dan, kenyamanan, meski itu sangat personal, adalah hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan. Sayang, karena Covid, mencari rumah dengan turun ke lapangan kadang sangat tak nyaman. Namun, batasan Covid bagi milenial sebenarnya bukan masalah genting lagi. Milenial adalah penghuni asli dari dunia dalam jaringan. Karena itu, mencari rumah dalam jaringan sejatinya bukan hal yang sulit bagi generasi milenial. Apalagi saat ini, pemerintah sangat peduli pada rumah generasi milenial.
"Kementerian PUPR memiliki berbagai program perumahan bagi para generasi milenial yang memiliki karakteristik beragam. Salah satunya adalah hunian bagi para generasi milenial,” ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR Dadang Rukmana dalam acara Diskusi Abipraya Properti Vaganza di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (15/4/2019).
Memang, bagi milenial sekarang, rumah sudah bisa menjadi tempat kerja. Kita sering melihat anak muda jualan dari rumahnya melalui dunia maya. Rumah menjadi tempat yang produktif. Rumah tak lagi sebatas tempat transit, apalagi istirahat. Rumah menjadi ruang kerja yang baru.
Karena itu, Kementerian PUPR sebaiknya harus mendorong program satu juta rumah dengan menyasar generasi milenial yang jumlahnya diperkirakan mencapai angka lebih dari 81 juta jiwa di masa mendatang. Rumah dengan banyak pilihan ini akan membuat milenial berselancar mencari rumah yang bisa membuatnya produktif. Berselancar adalah karakter khas milenial. Dan, mencari rumah tanpa keluar rumah adalah juga kelebihan milenial.
Semoga pemerintah bisa menyajikan rumah yang sudah tak lagi sebatas tempat singgah, tapi juga sudah menjadi tempat kerja bagi para milenial. Bayangkan bagaimana produktifnya bangsa ini jika setiap rumah diisi lapangan kerja yang nyaman. Bahkan, konon mencari rumah itu juga tanpa keluar rumah?
===
Penulis Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Doloksanggul, Aktif di Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) dan di Toba Writers Forum (TWF)
===
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]